ALAT INDRA MANUSIA, BAGIAN-BAGIAN DAN FUNGSINYA
Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).
Baiklah dengan segala kekurangan dan segenap kemampuan asa generasiku.blogspot.com. mencoba menguraikan fungsi dari bagian-bagian panca indra tersebut.
1. Indra Penglihat (Mata)
Fungsi bagian - bagian indra penglihatan adalah sebagai berikut :
a. Kornea mata berfungsi untuk menerima rangsang cahaya dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam.
b. Lensa mata berfungsi meneruskan dan memfokuskan cahaya agar bayangan benda jatuh ke lensa mata.
c. Iris berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata
d. Pupil berfungsi sebagai saluran masuknya cahaya.
e. Retina berfungsi untuk membentuk bayangan benda yang kemudian dikirim oleh oleh saraf mata ke otak
f. Otot mata berfungsi mengatur gerakan bola mata
g. Saraf mata berfungsi meneruskan rangsang cahaya dari retina ke otak
2. Indra Pendengar (Telinga)
Indra pendengar adalah telinga yang terdiri dari :
1). Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
2). Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius.
3). Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)
Fungsi bagian-bagian indra pendengar :
a. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi.
b. Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang lebih dalam.
c. Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
e. Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.
3. Indra Pembau (Hidung)
Fungsi bagian-bagian indra pembau :
a. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara
b. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas
c. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau
d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan
e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otak
4. Indra Pengecap (Lidah)
Bagian lidah yang berbintil-bintil disebut papila adalah ujung saraf pengecap. Setiap bintil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu berdasarkan letaknya pada lidah.
Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit, tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap rasa manis.
5. Indra Peraba (Kulit)
Dengan kulit kita dapat merasakan sentuhan. Bagian indra peraba yang paling peka adalah ujung jari, telapak tangan, telapak kaki, bibir dan alat kemaluan.
Fungsi bagian-bagian kulit :
a. Kulit ari berfungsi mencegah masuknya bibit penyakit dan mencegah penguapan air dari dalam tubuh.
b. Kelenjar keringat berfungsi menghasilkan keringat
c. Lapisan lemak berfungsi menghangatkan tubuh
d. Otot penggerah rambut berfungsi mengatur gerakan rambut
e. Pembuluh darah berfungsi mengalirkan darah keseluruh tubuh.
10 anak berprestasi
Indonesia Kita pasti bangga jika mempunyai anak-anak berbakat, kreatif
dan mengharumkan nama Indonesia di mancanegara. Anak muda indonesia
adalah generasi penerus bangsa ini di masa mendatang. Usia muda bukanlah
penghalang bagi mereka untuk menunjukan pada dunia kemampuan , berikut
ini 10 anak berprestasi : 1. Hibar Syahrul Gafur Hibar Syahrul Gafur
(14) siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih medali emas
dalam kompetisi International Exhibition of Young Investor (IEYI) yang
dilaksanakan di Malaysia dengan karya ciptaannya sepatu listrik anti
pelecehan seksual. Jika dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu
wanita tipe wedges. Di dalam hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik
yang dirancang khusus. Jika wanita merasa dalam bahaya, dia tinggal
menginjak tombol yang ada di bagian belakang sepatu. "Listrik ini
bertenaga 450 watt. Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual,
secara otomatis tegangan listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar. 2.
Agasha Kareef Ratam Agasha Kareef Ratam, usianya masih sangat muda baru
15 tahun dan merupakan alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu (Jakarta
Selatan). Cucu dari mantan presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21
November 1997. Tapi, di kancah internasional Olimpiade Matematika
prestasinya jangan diragukan lagi. Di kompetisi tingkat dunia ini dia
sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia. Bersama tiga orang
temannya, Rezky Arizaputra (siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun, Jakarta
Timur) Nicolas Steven Husada (siswa SD Universal Jakarta Utara) dan
Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta) telah mengikuti Po Leung
Kuk 13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli
2010. Agasha berhasil merengkuh medali emas (Kategori tim) dan perak
(kategori individual). 3. Hania dan Fahma ini berhasil menjuarai APICTA
(Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student
Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi
Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika
Rosmansyah (6 tahun). Karya mereka merupakan kumpulan program game
edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel
Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor”
(Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika
berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional
2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara
(Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project, disusul
secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award
(Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa
Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar
Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya
Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya
Rayongwittayakom School – Thailand Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya
Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang
berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan
kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001.
Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti
siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari
siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school). APICTA (Asia
Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang
diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran ICT (Information and Communication Technology)
dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital. 4.
Melody Grace Natalie dan Mariska Grace Mereka adalah anak bangsa yang
mengikuti dalam ajang International Conference of Young Scientists
(ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22 April 2013 di Sanur,
Denpasar, Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda tersebut,
Indonesia berhasil meraih lima medali yang terdiri dari dua medali emas,
satu perak dan dua perunggu, serta tiga Special Awards. Melody Grace
Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas dalam
kategori Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of
Squid Eye Lenses as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini
mengenai pemanfaatan mata cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet. Sedangkan, Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang
sama-sama meraih medali emas berhasil menjadi pemenang dalam kategori
Environmental Science melalui penelitiannya yang berjudul A Novel
Approach in Using Peanut Shella to Eliminate Copper Content in Water,
dengan memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion tembaga di
dalam air. “Saya membuat sun block yang bisa dibuat simpel oleh nelayan,
sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,” ujar Melody Grace
saat menjelaskan hasil penelitiannya. 5. Srihanik Dilahirkan dengan
keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik
(17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu,
remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa
tingkat Provinsi Jawa Timur. Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan
yang digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk
dikelas VIII SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri
tersebut menyisihkan 19 peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur. Ia
berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster
serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang
mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba.
“Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya. Sampai saya
diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya baru
menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru
pembimbing desain, Rabu (27/7/2011). Sementara itu, Nanda menuturkan,
sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar
SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18
Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri,
sama sekali belum mengenal komputer, apalagi desain grafis. “Namun
karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu
menyerap materi dengan baik,” bangga Nanda. Dengan prestasi gemilangnya
itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur
dalam lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September
nanti. “Saat ini kami bersiap untuk event nasional itu,” pungkas Nanda.
Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab,
selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara itu,
keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman,
hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional
Pesantren, Kota Kediri. Sumber: http://edukasi.kompas.com 6. Ayu
Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya Tiga sahabat asal SMAN 6
Yogyakarta menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran
air dan sungai. Temuan Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya
ini meraih medali emas dalam ajang penemu muda internasional. Alat yang
dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30 cm berwarna perak. Di sisi
mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat baling-baling
vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk
berputar yang dipasang plat menyerupai sekop. “Alat ini menarik sampah,
mengangkatnya, lalu terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling
belakangnya,” ujar Nurina. 7. Safita Dwi Tyasputri pelajar Sampoerna
Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda internasional.
Safira menemukan canting batik otomatis. Awal membatik Safira menemui
kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku.
Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang
mampu menjaga suhu malam di canting. Lalu, dia menambahkan pemanas agar
malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur
suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang. Safira meyakini
temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik.
Ia pun menuai respons positif dalam ajang penemu muda. 8. Devika Asmi
Pandanwangi Bra penampung ASI karya Devika Asmi Pandanwangi mengharumkan
nama Indonesia di ajang penemu muda internasional di Malaysia. Banyak
ibu-ibu yang hadir dalam pameran tertarik dengan karyanya. Bra yang
dibuat Devika berwarna hitam berukuran sekitar 36B. Bra tersebut
dimodifikasi dengan 2 cup silikon yang memiliki lubang di ujungnya dan
terhubung dengan selang. Selang tersebut mengarah pada kantung alumunium
foil di bagian perut. Kantung itu sengaja disimpan di perut agar ASI
memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh, sehingga tetap higienis.
Silikon dipilih Devika karena kenyamanannya dan tidak menimbulkan
iritasi di kulit. Devika memenangkan medali perak atas temuannya dan
juga menyabet Special Award dalam kategori Technology for Special Needs.
Ia berencana akan terus mengembangkan temuannya untuk membantu ibu-ibu
menyusui. 9. Wisnu Wisnu, pelajar SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa
Tengah, mampu mencuri perhatian dunia internasional sebagai penemu muda.
Temuannya adalah detektor telur busuk yang dilengkapi sensor. Wisnu
membuat senter yang dilengkapi sensor cahaya dan kalibrator. Bila cahaya
tembus, maka akan menyala lampu hijau. Bila gelap, lampu akan menyala
merah dan berbunyi. Antusias para pengunjung cukup tinggi atas temuan
Wisnu ini. Temuannya juga sampai mendapatkan perhatian dari para
penggiat industri yang hendak membeli hak ciptanya. “Ada yang minta
kontak saya, menanyakan alat saya dijual berapa ringgit. Ada juga yang
mengatakan kalau bisa alat ini dibuat otomatis,” ujar Wisnu. Ia pun
berencana mengembangkan alat serupa yang telah menggunakan karet roda,
sehingga telur-telur tersebut secara otomatis berjalan ke arah sensor
dan dipisahkan oleh lengan mekanik, antara yang busuk dan yang tidak.
Wisnu adalah peserta penemu muda terbaik di antara 64 prototipe dari 13
negara yang ikut dalam ajang ini. Ia mendapatkan medali emas dan piala
The Best Innovation, sebagai penghargaan tertinggi di acara tersebut.
Sumber : http://www.lihat.co.id/ 10. Irfan Haris Prestasi Irfan Haris,
pelajar asal SMAN 1 Pringsewu yang meraih medali emas pada pada
Olimpiade Biologi Internasional, membanggakan Lampung. Di tengah kondisi
Sai Bumi Ruwa Jurai (istilah lain untuk provinsi Lampung) yang tengah
hangat dengan situasi politik di mana pemilihan pilkada menjadi sentral
perhatian masyarakat setempat, Irfan, memberikan suasana baru yang
membuat para pelaku politik dan masyarakat setempat , sejenak menolehkan
kepala pada hasil spektakuler yang dicapai siswa jenius ini.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
10 anak berprestasi
Indonesia Kita pasti bangga jika mempunyai anak-anak berbakat, kreatif
dan mengharumkan nama Indonesia di mancanegara. Anak muda indonesia
adalah generasi penerus bangsa ini di masa mendatang. Usia muda bukanlah
penghalang bagi mereka untuk menunjukan pada dunia kemampuan , berikut
ini 10 anak berprestasi : 1. Hibar Syahrul Gafur Hibar Syahrul Gafur
(14) siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih medali emas
dalam kompetisi International Exhibition of Young Investor (IEYI) yang
dilaksanakan di Malaysia dengan karya ciptaannya sepatu listrik anti
pelecehan seksual. Jika dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu
wanita tipe wedges. Di dalam hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik
yang dirancang khusus. Jika wanita merasa dalam bahaya, dia tinggal
menginjak tombol yang ada di bagian belakang sepatu. "Listrik ini
bertenaga 450 watt. Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual,
secara otomatis tegangan listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar. 2.
Agasha Kareef Ratam Agasha Kareef Ratam, usianya masih sangat muda baru
15 tahun dan merupakan alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu (Jakarta
Selatan). Cucu dari mantan presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21
November 1997. Tapi, di kancah internasional Olimpiade Matematika
prestasinya jangan diragukan lagi. Di kompetisi tingkat dunia ini dia
sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia. Bersama tiga orang
temannya, Rezky Arizaputra (siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun, Jakarta
Timur) Nicolas Steven Husada (siswa SD Universal Jakarta Utara) dan
Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta) telah mengikuti Po Leung
Kuk 13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli
2010. Agasha berhasil merengkuh medali emas (Kategori tim) dan perak
(kategori individual). 3. Hania dan Fahma ini berhasil menjuarai APICTA
(Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student
Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi
Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika
Rosmansyah (6 tahun). Karya mereka merupakan kumpulan program game
edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel
Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor”
(Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika
berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional
2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara
(Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project, disusul
secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award
(Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa
Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar
Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya
Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya
Rayongwittayakom School – Thailand Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya
Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang
berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan
kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001.
Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti
siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari
siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school). APICTA (Asia
Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang
diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran ICT (Information and Communication Technology)
dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital. 4.
Melody Grace Natalie dan Mariska Grace Mereka adalah anak bangsa yang
mengikuti dalam ajang International Conference of Young Scientists
(ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22 April 2013 di Sanur,
Denpasar, Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda tersebut,
Indonesia berhasil meraih lima medali yang terdiri dari dua medali emas,
satu perak dan dua perunggu, serta tiga Special Awards. Melody Grace
Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas dalam
kategori Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of
Squid Eye Lenses as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini
mengenai pemanfaatan mata cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet. Sedangkan, Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang
sama-sama meraih medali emas berhasil menjadi pemenang dalam kategori
Environmental Science melalui penelitiannya yang berjudul A Novel
Approach in Using Peanut Shella to Eliminate Copper Content in Water,
dengan memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion tembaga di
dalam air. “Saya membuat sun block yang bisa dibuat simpel oleh nelayan,
sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,” ujar Melody Grace
saat menjelaskan hasil penelitiannya. 5. Srihanik Dilahirkan dengan
keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik
(17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu,
remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa
tingkat Provinsi Jawa Timur. Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan
yang digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk
dikelas VIII SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri
tersebut menyisihkan 19 peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur. Ia
berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster
serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang
mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba.
“Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya. Sampai saya
diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya baru
menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru
pembimbing desain, Rabu (27/7/2011). Sementara itu, Nanda menuturkan,
sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar
SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18
Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri,
sama sekali belum mengenal komputer, apalagi desain grafis. “Namun
karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu
menyerap materi dengan baik,” bangga Nanda. Dengan prestasi gemilangnya
itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur
dalam lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September
nanti. “Saat ini kami bersiap untuk event nasional itu,” pungkas Nanda.
Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab,
selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara itu,
keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman,
hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional
Pesantren, Kota Kediri. Sumber: http://edukasi.kompas.com 6. Ayu
Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya Tiga sahabat asal SMAN 6
Yogyakarta menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran
air dan sungai. Temuan Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya
ini meraih medali emas dalam ajang penemu muda internasional. Alat yang
dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30 cm berwarna perak. Di sisi
mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat baling-baling
vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk
berputar yang dipasang plat menyerupai sekop. “Alat ini menarik sampah,
mengangkatnya, lalu terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling
belakangnya,” ujar Nurina. 7. Safita Dwi Tyasputri pelajar Sampoerna
Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda internasional.
Safira menemukan canting batik otomatis. Awal membatik Safira menemui
kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku.
Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang
mampu menjaga suhu malam di canting. Lalu, dia menambahkan pemanas agar
malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur
suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang. Safira meyakini
temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik.
Ia pun menuai respons positif dalam ajang penemu muda. 8. Devika Asmi
Pandanwangi Bra penampung ASI karya Devika Asmi Pandanwangi mengharumkan
nama Indonesia di ajang penemu muda internasional di Malaysia. Banyak
ibu-ibu yang hadir dalam pameran tertarik dengan karyanya. Bra yang
dibuat Devika berwarna hitam berukuran sekitar 36B. Bra tersebut
dimodifikasi dengan 2 cup silikon yang memiliki lubang di ujungnya dan
terhubung dengan selang. Selang tersebut mengarah pada kantung alumunium
foil di bagian perut. Kantung itu sengaja disimpan di perut agar ASI
memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh, sehingga tetap higienis.
Silikon dipilih Devika karena kenyamanannya dan tidak menimbulkan
iritasi di kulit. Devika memenangkan medali perak atas temuannya dan
juga menyabet Special Award dalam kategori Technology for Special Needs.
Ia berencana akan terus mengembangkan temuannya untuk membantu ibu-ibu
menyusui. 9. Wisnu Wisnu, pelajar SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa
Tengah, mampu mencuri perhatian dunia internasional sebagai penemu muda.
Temuannya adalah detektor telur busuk yang dilengkapi sensor. Wisnu
membuat senter yang dilengkapi sensor cahaya dan kalibrator. Bila cahaya
tembus, maka akan menyala lampu hijau. Bila gelap, lampu akan menyala
merah dan berbunyi. Antusias para pengunjung cukup tinggi atas temuan
Wisnu ini. Temuannya juga sampai mendapatkan perhatian dari para
penggiat industri yang hendak membeli hak ciptanya. “Ada yang minta
kontak saya, menanyakan alat saya dijual berapa ringgit. Ada juga yang
mengatakan kalau bisa alat ini dibuat otomatis,” ujar Wisnu. Ia pun
berencana mengembangkan alat serupa yang telah menggunakan karet roda,
sehingga telur-telur tersebut secara otomatis berjalan ke arah sensor
dan dipisahkan oleh lengan mekanik, antara yang busuk dan yang tidak.
Wisnu adalah peserta penemu muda terbaik di antara 64 prototipe dari 13
negara yang ikut dalam ajang ini. Ia mendapatkan medali emas dan piala
The Best Innovation, sebagai penghargaan tertinggi di acara tersebut.
Sumber : http://www.lihat.co.id/ 10. Irfan Haris Prestasi Irfan Haris,
pelajar asal SMAN 1 Pringsewu yang meraih medali emas pada pada
Olimpiade Biologi Internasional, membanggakan Lampung. Di tengah kondisi
Sai Bumi Ruwa Jurai (istilah lain untuk provinsi Lampung) yang tengah
hangat dengan situasi politik di mana pemilihan pilkada menjadi sentral
perhatian masyarakat setempat, Irfan, memberikan suasana baru yang
membuat para pelaku politik dan masyarakat setempat , sejenak menolehkan
kepala pada hasil spektakuler yang dicapai siswa jenius ini.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
10 anak berprestasi
Indonesia Kita pasti bangga jika mempunyai anak-anak berbakat, kreatif
dan mengharumkan nama Indonesia di mancanegara. Anak muda indonesia
adalah generasi penerus bangsa ini di masa mendatang. Usia muda bukanlah
penghalang bagi mereka untuk menunjukan pada dunia kemampuan , berikut
ini 10 anak berprestasi : 1. Hibar Syahrul Gafur Hibar Syahrul Gafur
(14) siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih medali emas
dalam kompetisi International Exhibition of Young Investor (IEYI) yang
dilaksanakan di Malaysia dengan karya ciptaannya sepatu listrik anti
pelecehan seksual. Jika dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu
wanita tipe wedges. Di dalam hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik
yang dirancang khusus. Jika wanita merasa dalam bahaya, dia tinggal
menginjak tombol yang ada di bagian belakang sepatu. "Listrik ini
bertenaga 450 watt. Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual,
secara otomatis tegangan listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar. 2.
Agasha Kareef Ratam Agasha Kareef Ratam, usianya masih sangat muda baru
15 tahun dan merupakan alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu (Jakarta
Selatan). Cucu dari mantan presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21
November 1997. Tapi, di kancah internasional Olimpiade Matematika
prestasinya jangan diragukan lagi. Di kompetisi tingkat dunia ini dia
sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia. Bersama tiga orang
temannya, Rezky Arizaputra (siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun, Jakarta
Timur) Nicolas Steven Husada (siswa SD Universal Jakarta Utara) dan
Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta) telah mengikuti Po Leung
Kuk 13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli
2010. Agasha berhasil merengkuh medali emas (Kategori tim) dan perak
(kategori individual). 3. Hania dan Fahma ini berhasil menjuarai APICTA
(Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student
Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi
Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika
Rosmansyah (6 tahun). Karya mereka merupakan kumpulan program game
edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel
Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor”
(Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika
berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional
2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara
(Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project, disusul
secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award
(Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa
Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar
Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya
Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya
Rayongwittayakom School – Thailand Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya
Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang
berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan
kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001.
Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti
siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari
siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school). APICTA (Asia
Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang
diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran ICT (Information and Communication Technology)
dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital. 4.
Melody Grace Natalie dan Mariska Grace Mereka adalah anak bangsa yang
mengikuti dalam ajang International Conference of Young Scientists
(ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22 April 2013 di Sanur,
Denpasar, Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda tersebut,
Indonesia berhasil meraih lima medali yang terdiri dari dua medali emas,
satu perak dan dua perunggu, serta tiga Special Awards. Melody Grace
Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas dalam
kategori Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of
Squid Eye Lenses as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini
mengenai pemanfaatan mata cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet. Sedangkan, Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang
sama-sama meraih medali emas berhasil menjadi pemenang dalam kategori
Environmental Science melalui penelitiannya yang berjudul A Novel
Approach in Using Peanut Shella to Eliminate Copper Content in Water,
dengan memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion tembaga di
dalam air. “Saya membuat sun block yang bisa dibuat simpel oleh nelayan,
sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,” ujar Melody Grace
saat menjelaskan hasil penelitiannya. 5. Srihanik Dilahirkan dengan
keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik
(17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu,
remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa
tingkat Provinsi Jawa Timur. Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan
yang digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk
dikelas VIII SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri
tersebut menyisihkan 19 peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur. Ia
berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster
serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang
mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba.
“Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya. Sampai saya
diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya baru
menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru
pembimbing desain, Rabu (27/7/2011). Sementara itu, Nanda menuturkan,
sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar
SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18
Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri,
sama sekali belum mengenal komputer, apalagi desain grafis. “Namun
karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu
menyerap materi dengan baik,” bangga Nanda. Dengan prestasi gemilangnya
itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur
dalam lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September
nanti. “Saat ini kami bersiap untuk event nasional itu,” pungkas Nanda.
Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab,
selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara itu,
keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman,
hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional
Pesantren, Kota Kediri. Sumber: http://edukasi.kompas.com 6. Ayu
Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya Tiga sahabat asal SMAN 6
Yogyakarta menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran
air dan sungai. Temuan Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya
ini meraih medali emas dalam ajang penemu muda internasional. Alat yang
dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30 cm berwarna perak. Di sisi
mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat baling-baling
vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk
berputar yang dipasang plat menyerupai sekop. “Alat ini menarik sampah,
mengangkatnya, lalu terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling
belakangnya,” ujar Nurina. 7. Safita Dwi Tyasputri pelajar Sampoerna
Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda internasional.
Safira menemukan canting batik otomatis. Awal membatik Safira menemui
kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku.
Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang
mampu menjaga suhu malam di canting. Lalu, dia menambahkan pemanas agar
malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur
suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang. Safira meyakini
temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik.
Ia pun menuai respons positif dalam ajang penemu muda. 8. Devika Asmi
Pandanwangi Bra penampung ASI karya Devika Asmi Pandanwangi mengharumkan
nama Indonesia di ajang penemu muda internasional di Malaysia. Banyak
ibu-ibu yang hadir dalam pameran tertarik dengan karyanya. Bra yang
dibuat Devika berwarna hitam berukuran sekitar 36B. Bra tersebut
dimodifikasi dengan 2 cup silikon yang memiliki lubang di ujungnya dan
terhubung dengan selang. Selang tersebut mengarah pada kantung alumunium
foil di bagian perut. Kantung itu sengaja disimpan di perut agar ASI
memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh, sehingga tetap higienis.
Silikon dipilih Devika karena kenyamanannya dan tidak menimbulkan
iritasi di kulit. Devika memenangkan medali perak atas temuannya dan
juga menyabet Special Award dalam kategori Technology for Special Needs.
Ia berencana akan terus mengembangkan temuannya untuk membantu ibu-ibu
menyusui. 9. Wisnu Wisnu, pelajar SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa
Tengah, mampu mencuri perhatian dunia internasional sebagai penemu muda.
Temuannya adalah detektor telur busuk yang dilengkapi sensor. Wisnu
membuat senter yang dilengkapi sensor cahaya dan kalibrator. Bila cahaya
tembus, maka akan menyala lampu hijau. Bila gelap, lampu akan menyala
merah dan berbunyi. Antusias para pengunjung cukup tinggi atas temuan
Wisnu ini. Temuannya juga sampai mendapatkan perhatian dari para
penggiat industri yang hendak membeli hak ciptanya. “Ada yang minta
kontak saya, menanyakan alat saya dijual berapa ringgit. Ada juga yang
mengatakan kalau bisa alat ini dibuat otomatis,” ujar Wisnu. Ia pun
berencana mengembangkan alat serupa yang telah menggunakan karet roda,
sehingga telur-telur tersebut secara otomatis berjalan ke arah sensor
dan dipisahkan oleh lengan mekanik, antara yang busuk dan yang tidak.
Wisnu adalah peserta penemu muda terbaik di antara 64 prototipe dari 13
negara yang ikut dalam ajang ini. Ia mendapatkan medali emas dan piala
The Best Innovation, sebagai penghargaan tertinggi di acara tersebut.
Sumber : http://www.lihat.co.id/ 10. Irfan Haris Prestasi Irfan Haris,
pelajar asal SMAN 1 Pringsewu yang meraih medali emas pada pada
Olimpiade Biologi Internasional, membanggakan Lampung. Di tengah kondisi
Sai Bumi Ruwa Jurai (istilah lain untuk provinsi Lampung) yang tengah
hangat dengan situasi politik di mana pemilihan pilkada menjadi sentral
perhatian masyarakat setempat, Irfan, memberikan suasana baru yang
membuat para pelaku politik dan masyarakat setempat , sejenak menolehkan
kepala pada hasil spektakuler yang dicapai siswa jenius ini.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
10 anak berprestasi
Indonesia Kita pasti bangga jika mempunyai anak-anak berbakat, kreatif
dan mengharumkan nama Indonesia di mancanegara. Anak muda indonesia
adalah generasi penerus bangsa ini di masa mendatang. Usia muda bukanlah
penghalang bagi mereka untuk menunjukan pada dunia kemampuan , berikut
ini 10 anak berprestasi : 1. Hibar Syahrul Gafur Hibar Syahrul Gafur
(14) siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih medali emas
dalam kompetisi International Exhibition of Young Investor (IEYI) yang
dilaksanakan di Malaysia dengan karya ciptaannya sepatu listrik anti
pelecehan seksual. Jika dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu
wanita tipe wedges. Di dalam hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik
yang dirancang khusus. Jika wanita merasa dalam bahaya, dia tinggal
menginjak tombol yang ada di bagian belakang sepatu. "Listrik ini
bertenaga 450 watt. Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual,
secara otomatis tegangan listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar. 2.
Agasha Kareef Ratam Agasha Kareef Ratam, usianya masih sangat muda baru
15 tahun dan merupakan alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu (Jakarta
Selatan). Cucu dari mantan presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21
November 1997. Tapi, di kancah internasional Olimpiade Matematika
prestasinya jangan diragukan lagi. Di kompetisi tingkat dunia ini dia
sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia. Bersama tiga orang
temannya, Rezky Arizaputra (siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun, Jakarta
Timur) Nicolas Steven Husada (siswa SD Universal Jakarta Utara) dan
Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta) telah mengikuti Po Leung
Kuk 13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli
2010. Agasha berhasil merengkuh medali emas (Kategori tim) dan perak
(kategori individual). 3. Hania dan Fahma ini berhasil menjuarai APICTA
(Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student
Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi
Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika
Rosmansyah (6 tahun). Karya mereka merupakan kumpulan program game
edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel
Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor”
(Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika
berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional
2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara
(Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project, disusul
secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award
(Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa
Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar
Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya
Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya
Rayongwittayakom School – Thailand Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya
Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang
berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan
kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001.
Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti
siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari
siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school). APICTA (Asia
Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang
diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran ICT (Information and Communication Technology)
dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital. 4.
Melody Grace Natalie dan Mariska Grace Mereka adalah anak bangsa yang
mengikuti dalam ajang International Conference of Young Scientists
(ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22 April 2013 di Sanur,
Denpasar, Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda tersebut,
Indonesia berhasil meraih lima medali yang terdiri dari dua medali emas,
satu perak dan dua perunggu, serta tiga Special Awards. Melody Grace
Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas dalam
kategori Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of
Squid Eye Lenses as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini
mengenai pemanfaatan mata cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet. Sedangkan, Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang
sama-sama meraih medali emas berhasil menjadi pemenang dalam kategori
Environmental Science melalui penelitiannya yang berjudul A Novel
Approach in Using Peanut Shella to Eliminate Copper Content in Water,
dengan memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion tembaga di
dalam air. “Saya membuat sun block yang bisa dibuat simpel oleh nelayan,
sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,” ujar Melody Grace
saat menjelaskan hasil penelitiannya. 5. Srihanik Dilahirkan dengan
keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik
(17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu,
remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa
tingkat Provinsi Jawa Timur. Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan
yang digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk
dikelas VIII SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri
tersebut menyisihkan 19 peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur. Ia
berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster
serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang
mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba.
“Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya. Sampai saya
diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya baru
menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru
pembimbing desain, Rabu (27/7/2011). Sementara itu, Nanda menuturkan,
sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar
SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18
Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri,
sama sekali belum mengenal komputer, apalagi desain grafis. “Namun
karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu
menyerap materi dengan baik,” bangga Nanda. Dengan prestasi gemilangnya
itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur
dalam lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September
nanti. “Saat ini kami bersiap untuk event nasional itu,” pungkas Nanda.
Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab,
selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara itu,
keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman,
hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional
Pesantren, Kota Kediri. Sumber: http://edukasi.kompas.com 6. Ayu
Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya Tiga sahabat asal SMAN 6
Yogyakarta menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran
air dan sungai. Temuan Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya
ini meraih medali emas dalam ajang penemu muda internasional. Alat yang
dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30 cm berwarna perak. Di sisi
mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat baling-baling
vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk
berputar yang dipasang plat menyerupai sekop. “Alat ini menarik sampah,
mengangkatnya, lalu terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling
belakangnya,” ujar Nurina. 7. Safita Dwi Tyasputri pelajar Sampoerna
Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda internasional.
Safira menemukan canting batik otomatis. Awal membatik Safira menemui
kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku.
Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang
mampu menjaga suhu malam di canting. Lalu, dia menambahkan pemanas agar
malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur
suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang. Safira meyakini
temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik.
Ia pun menuai respons positif dalam ajang penemu muda. 8. Devika Asmi
Pandanwangi Bra penampung ASI karya Devika Asmi Pandanwangi mengharumkan
nama Indonesia di ajang penemu muda internasional di Malaysia. Banyak
ibu-ibu yang hadir dalam pameran tertarik dengan karyanya. Bra yang
dibuat Devika berwarna hitam berukuran sekitar 36B. Bra tersebut
dimodifikasi dengan 2 cup silikon yang memiliki lubang di ujungnya dan
terhubung dengan selang. Selang tersebut mengarah pada kantung alumunium
foil di bagian perut. Kantung itu sengaja disimpan di perut agar ASI
memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh, sehingga tetap higienis.
Silikon dipilih Devika karena kenyamanannya dan tidak menimbulkan
iritasi di kulit. Devika memenangkan medali perak atas temuannya dan
juga menyabet Special Award dalam kategori Technology for Special Needs.
Ia berencana akan terus mengembangkan temuannya untuk membantu ibu-ibu
menyusui. 9. Wisnu Wisnu, pelajar SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa
Tengah, mampu mencuri perhatian dunia internasional sebagai penemu muda.
Temuannya adalah detektor telur busuk yang dilengkapi sensor. Wisnu
membuat senter yang dilengkapi sensor cahaya dan kalibrator. Bila cahaya
tembus, maka akan menyala lampu hijau. Bila gelap, lampu akan menyala
merah dan berbunyi. Antusias para pengunjung cukup tinggi atas temuan
Wisnu ini. Temuannya juga sampai mendapatkan perhatian dari para
penggiat industri yang hendak membeli hak ciptanya. “Ada yang minta
kontak saya, menanyakan alat saya dijual berapa ringgit. Ada juga yang
mengatakan kalau bisa alat ini dibuat otomatis,” ujar Wisnu. Ia pun
berencana mengembangkan alat serupa yang telah menggunakan karet roda,
sehingga telur-telur tersebut secara otomatis berjalan ke arah sensor
dan dipisahkan oleh lengan mekanik, antara yang busuk dan yang tidak.
Wisnu adalah peserta penemu muda terbaik di antara 64 prototipe dari 13
negara yang ikut dalam ajang ini. Ia mendapatkan medali emas dan piala
The Best Innovation, sebagai penghargaan tertinggi di acara tersebut.
Sumber : http://www.lihat.co.id/ 10. Irfan Haris Prestasi Irfan Haris,
pelajar asal SMAN 1 Pringsewu yang meraih medali emas pada pada
Olimpiade Biologi Internasional, membanggakan Lampung. Di tengah kondisi
Sai Bumi Ruwa Jurai (istilah lain untuk provinsi Lampung) yang tengah
hangat dengan situasi politik di mana pemilihan pilkada menjadi sentral
perhatian masyarakat setempat, Irfan, memberikan suasana baru yang
membuat para pelaku politik dan masyarakat setempat , sejenak menolehkan
kepala pada hasil spektakuler yang dicapai siswa jenius ini.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
0 komentar:
Posting Komentar