Semasa di sekolah dulu, banyak sekali mata pelajaran yang harus dipelajari, hukumnya wajib, meskipun suka ataupun tidak suka. Meskipun tidak sesusah di zaman sekarang, tapi membayangkan dulu kayaknya pusing banget, untung saja masa-masa itu sudah lewat. Apalagi sekolah di zaman millenium sekarang, anak SD saja pelajarannya sudah rumit sekali, kayaknya bebannya berat sekali. Padahal dasar-dasar yang dipelajari juga itu-itu aja, hanya penyajiannya yang berbeda.
Setiap orang pasti punya mata pelajaran yang disukai (favorit) dan yang tidak disukai. Hal ini sangat berpengaruh pada nilai yang bakal diperoleh, biasanya pelajaran yang disukai itu nilai yang diperoleh pasti bagus-bagus. Jarang orang yang bagus di semua mata pelajaran, walaupun ada juga sih beberapa yang memiliki kemampuan multi talenta, sehingga seluruh nilainya bagus. Dulu saya punya dari teman SMP dan SMA yang selalu mendapatkan nilai bagus (antara 8 dan 9) di semua mata pelajaran, jadi wajar dari SD hingga SMA selalu rangking satu, begitupun dengan NEM (Nilai Ebtanas Murni) selalu yang jadi yang tertinggi. Karena selalu juara dan sering memenangkan lomba, akhirnya dia berhasil masuk kedokteran UI lewat seleksi nilai raport, dan sekarang sudah menjadi seorang dokter.
Berbeda dengan saya, nilai mata pelajaran yang kuperoleh dulu biasa saja, meskipun masih dalam kisaran rata-rata lebih sedikit hehehe. Saya juga tidak pernah memenangkan lomba dan memang jarang diikutsertakan. Ada beberapa mata pelajaran yang mendapat nilai sangat bagus, tetapi ada mata pelajaran lain yang nilainya jatuh meskipun tidak sampai merah, jadi tidak merata. Jadi wajarlah kalau dulu saya tidak pernah dapat juara satu.
Berbicara mengenai pelajaran terfavorit, dari dulu saya suka sekali matematika, tidak perduli gurunya seperti apa saya tetap suka, pokoknya asyik aja. Mungkin karena saya suka sekali dengan hitung-hitungan. Nilai tertinggi di raportpun selalu ditempati oleh pelajaran ini. Ada cerita dulu sewaktu belum menyukai matematika, tepatnya kelas 3 SD, sewaktu baru pindah sekolah ke Kalsel. Saya dulu tidak pernah mau belajar, jadi nilai ulangan juga selalu pas-pasan. Pada saat pelajaran matematika, sampailah pada bab pembagian dan perkalian, saya tidak bisa-bisa, hingga saat ulangan nilai saya nol karena salah semua. Sampai di rumah kertas ulangan itu langsung saya tunjukkan pada ibuku, sambil merengek minta diajari pembagian dan perkalian. Akhirnya sorenya langsung diajari, tapi karena saya gak ngerti-ngerti, mungkin ibuku jadi agak ‘keras’ dalam menjelaskan, sampai-sampai saya menangis lama sekali. Saya lupa sampai berapa lama berhasil menguasai pelajaran perkalian dan pembagian, tapi kalau ingat masa itu jadi merasa lucu dan tertawa sendiri. Mungkin sejak itu saya jadi mau belajar dan suka matematika, nilai raportku juga jadi agak lumayan meningkatlah.
Tapi meskipun saya suka sekali dengan hitungan, saya tidak suka pelajaran fisika, entahlah…mungkin karena lebih susah atau gurunya tidak terlalu bisa mengajarkan. Yang jelas di NEM, saya dapat nilai merah untuk mata pelajaran ini, teman-teman lain juga banyak yang mengalami hal serupa. Mungkin fisika itu momok yang menakutkan bagi kebanyakan siswa termasuk saya. Sama halnya dengan fisika, nilai bahasa inggrisku juga dulu tidak terlalu bagus dan saya tidak terlalu menyukainya, kalau ini faktor guru sangat berpengaruh. Dulu saya tidak pernah mendapatkan guru bahasa inggris yang pintar dalam penyampaian, rata-rata mereka malas menjelaskan. Selain itu, ada lagi pelajaran yang bikin nilai rata-rata di raport dan ijazah saya berkurang, yaitu pelajaran olahraga. Entah kenapa saya tidak pernah mendapat nilai bagus untuk pelajaran ini, saya memang tidak terlalu menyukainya sih, makanya sampai sekarang saya jarang berolahraga, padahal itu penting ya buat kesehatan.
Selain matematika, saya suka pelajaran geografi. Apalagi kalau sudah sampai bab tentang negara-negara di dunia, asyik rasanya mengenal negara dan kebudayaan di belahan bumi lain, wah serasa keliling dunia deh. Saya juga suka biologi, meskipun nilainya tidak sebagus matematika, dari biologi kita bisa mengenal macam-macam makhluk hidup dari yang kecil sampai yang besar, termasuk diri kita sendiri. Saya memilih bidang ini sebagai jurusan waktu kuliah, karena terpengaruh ibuku, aku juga berpikir bosen banget ya bermain dengan angka-angka melulu, makanya saya pilih biologi dan bukan matematika. Meskipun ternyata ketika sudah menjalani kuliah di jurusan biologi, mata kuliahnya banyak yang susah dan tidak semuanya kusukai.
Ohya dari SMP hingga SMA, saya jarang memperoleh guru IPS yang benar-benar menguasai di bidangnya, terutama sejarah. Berbeda dengan guru matematika, rata-rata mereka adalah guru bahasa Indonesia atau pendidikan Pancasila yang diperbantukan untuk mengajar IPS, entah kenapa saya juga tidak tahu. Makanya teman-teman saya dulu banyak yang nilainya tidak terlalu bagus untuk mata pelajaran IPS. Sayapun agak kewalahan ketika hendak menghadapi ulangan umumnya, apalagi sejarah, kayaknya capek banget baca buku paketnya apalagi disuruh cerita, untung saja jenis soalnya dulu kebanyakan pilihan berganda, jadi agak tertolong.
Ada pelajaran yang tidak terlalu susah atau agak santai dan nilai yang didapatkan pun rata-rata lumayanlah, seperti agama, bahasa Indonesia, PPKN, kesenian, dan sejenisnya. Pokoknya asal rajin mengerjakan tugas, tidak pernah bolos dan rajin baca bukunya saat menjelang ulangan pasti nilainya bagus, umumnya jarang ada yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Tapi meskipun begitu, dulu saya paling takut kalau disuruh maju ke depan kelas, entah itu untuk bercerita, berdiskusi, atau membaca puisi, dan lain sebagainya karena saya termasuk orang yang tidak terlalu pintar ngomong dan grogi jika disuruh tampil di depan banyak orang. Makanya saya tidak terlalu enjoy dengan pelajaran yang banyak diskusinya. Tugas mengarang juga bukan hal yang kuminati, tapi meskipun begitu nilai yang diperoleh masih dalam kisaran rata-rata.
Memang faktor guru pengajar sangat mempengaruhi suka atau tidak sukanya siswa terhadap pelajaran tersebut, yang akhirnya berpengaruh juga pada nilainya. Tapi bagaimanapun juga pelajaran-pelajaran yang kita dapat waktu sekolah dulu semuanya bermanfaat untuk kehidupan di masa mendatang, dan sebenarnya penerapannya bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Di sini saya hanya sekedar ingin tahu saja, bagaimana dengan teman-teman kompasioner semua? Apa pelajaran kesukaan kalian dan apa pula pelajaran yang tidak disukai waktu sekolah dulu dan apa alasannya? Pasti jawabannya bermacam-macam, iyakan :-)
0 komentar:
Posting Komentar