Pages

Selasa, 18 November 2014

Cerpen "Sejuta Rasa"

Sejuta Rasa 
      Sore itu, Azel pulang dari kuliah sekitar pukul 5 sore. Menuju Stasiun, menggunakan angkutan umum. Ya, keretalah menjadi alat transportasinya setiap pergi dan pulang kuliah. Sampai di stasiun Azel langsung menuju mushola kecil yang berada di pojok stasiun, untuk melaksanakan salat magrib karena sudah waktunya. Sebelumnya, Azel sudah membeli tiket terlebih dahulu.
Saat kaki Azel hendak melangkah di depan mushola, tiba-tiba ia terkejut melihat seorang laki-laki yang sepertinya ia kenal sedang duduk sambil memakai sepatu di depan mushola itu. Dan ternyata, laki-laki tersebut adalah temannya sewaktu SMA, Hakim namanya. Azel pun langsung menyapanya.
“Hakim… kok di sini?”. Sapa Azel dengan kaget. Kenapa kaget? Jelas saja, Azel merasa terkejut sekali bisa bertemu dengannya. Karena ternyata Hakim adalah seseorang yang pernah Azel sukai sewaktu SMA. “hay zel, iya Gue baru balik nih, Lo baru balik juga?”. Jawab Hakim.
Dari situlah mulai terjadi perbincangan yang membuat hati Azel tambah senang alias bahagia sekali. Gimana tidak, padahal Azel sama sekali belum pernah mengobrol dengannya di waktu SMA. Kita pun berbincang-bincang mengenai dunia kuliah masing-masing. Tak lama kemudian, Azel mengakhiri obrolan tersebut karena ingin salat terlebih dahulu. “Kim Gue salat dulu ya…”. Hakim menjawab “Oh iya zel”.
Azel pun pergi salat, dan Hakim sedang duduk di tempat yang disediakan sambil menunggu kereta api datang. Selesai salat, Azel menghampirinya lagi, sambil berjalan menujunya, Azel bergumam dalam hati, “Semoga selama perjalanan pulang bisa seperti ini, bisa mengobrol bersamanya.” Sampai di dekat Hakim, Azel pun duduk di dekatnya. Hal yang tak disangka, ternyata mereka berdua sama-sama menunggu kereta yang sama. Dan itu artinya tujuan arah pulang Azel dan Hakim satu arah. Sungguh kejadian yang menyenangkan sekali di hari ini bagi Azel.
“ting nong ning nong… (suara pertanda kereta api akan segera datang)”. Lalu operator stasiun pun memberitahu bahwa kereta api tujuan Jakarta akan datang. Tiba-tiba Hakim terbangun dari tempat duduknya, “Zel Gue pindah kesana ya, yang paling ujung.” Katanya sambil memakai masker hitam. Dengan hati sedikit menciut dan memandangnya dengan sedikit kecewa, Azel pun menjawab “Oh yaudah silahkan..”.
Saat Hakim berjalan menuju ke arah yang beda, suara hati kembali muncul “Kenapa harus pinda sih Kim, padahal satu arah. Andai saja satu gerbong pasti di dalam kita masih berbincang-bincang. Ah ya sudahlah… mungkin hanya sampai sini pertemuan singkatku.”
Sampai di dalam kereta, Azel duduk sambil memasang headset di telinganya. Musik kesukaanlah yang selalu menemaninya dalam perjalanan pulang. Sambil mendengarkan musik, pikiran Azel masih terbayang-bayang akan kejadian tadi.
Bertemu seseorang yang sangat ia sukai di SMA, tapi seseorang tersebut sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Sebenarnya Hakim teman SMP Azel juga, tapi Azel baru berkenalan saat di SMA. Hal yang menurutnya sangat lucu dan konyol yaitu, saat Azel masih SMP, Azel pernah mengambil foto-foto Hakim pada saat Hakim sedang bermain futsal bersama teman-temannya. Tapi, pada saat itu Azel belum mempunyai perasaan seperti ini. Itu pun hanya sekedar iseng bersama teman-teman SMPnya.
Nah, saat kelas 2 SMA Azel mulai sekelas dengannya, bertemu setiap hari dan melihat dia setiap hari di kelas mungkin itu yang membuatnya menjadi suka dengannya. Apalagi dengan gaya rambutnya yang menurut Azel sangat membuat dia terlihat keren. Ya, meskipun dia pernah tidak masuk sekolah hanya karena takut dicukur rambutnya oleh Pak Jaya, guru Bahasa Indonesia.
Tak terasa, sampailah di Stasiun Jakarta Kota. Ku tengok kanan dan kiri dan berharap bertemu lagi dengan Hakim. Tetapi ternyata tidak seperti yang diharapkan. Lalu Azel pun berjalan kaki menuju rumah dengan headset yang masih berada di telinganya. Ia nikmati musik-musik kesukaannya sambil berjalan.
“Bagiku hari ini hari yang sangat menyenangkan. Bertemu dengan seseorang yang Aku sukai, meski dalam waktu yang singkat. Obrolan kecil, itu yang membuatku sangat terkesan. Melihat senyumnya, tawanya dengan jarak yang begitu dekat. Sungguh hal yang belum pernah ku rasakan bersamanya. Aku berharap kejadian ini dapat terulang dengan waktu yang lama dan dengan kejadian yang lebih menarik. Namun, inilah kenyataannya, tetap bersyukur dan berterimakasih atas hari ini. Sampai bertemu kembali my secret”

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About